ISLAMIC
INVASION
Confronting the World's
Fastest Growing Religion

bab04

LATAR BELAKANG BUDAYA ISLAM

Bab 4
Pemujaan Dewa Bulan

Tak perlu heran bahwa kata “Allah” bukan kata yang ditemukan oleh Muhammad atau yang diwahyukan pertama kali dalam Alquran.
H. Gibb, Ilmuwan Timur Tengah yang terkenal, menunjukkan alasan kenapa Muhammad tak pernah menjelaskan dalam Alquran mengenai siapa itu Allah, yaitu semata-mata karena para pendengarnya telah mendengar tentang Allah jauh-jauh sebelum Muhammad dilahirkan.11.
   H.A.R. Gibb, Mohammedanism: An Historical Survey (New York: Mentor Books, 1955), p.38.

Doktor Arthur Jeffry, ilmuwan Islam Barat yang terkenal pada zaman modern ini, juga profesor kajian Islam dan Timur Tengah di Universitas Columbia, menyebutkan:

Nama Allah, sebagaimana yang dinyatakan dalam Alquran, memang sudah dikenal dengan baik di Arab pada zaman pra-Islam. Sesungguhnya, baik nama Allah maupun Allat, (bentuk feminim-nya) sering ditemukan di antara nama-nama ilah yang tertulis dalam prasasti di Afrika Utara.22.
   Arthur Jeffery, ed., Islam: Muhammad and His Religion (New York: The Liberal Arts Press, 1958), p. 85.

Kata “Allah” berasal dari kata rangkap bahasa Arab yaitu al-ilah. “Al” adalah kata sandang seperti “sang,” dan “ilah” adalah kata Arab yang berarti Tuhan (God dalam bahasa Inggris).
Kata tersebut bukan kata asing bahkan bukan juga kata bahasa Syria. Kata tersebut asli bahasa Arab.33.
   For an interesting discussion of the origins of allah, see J. Blau, “Arabic Lexiographical Miscellanies,” Journal of Sematic Studies, vol. XVII, no.2, 1972, pp.173-190. That allah is an Arabic word is also pointed out in Hastings’ Encyclopedia of Religion and Ethics, I: 326.

Kata Allah, juga bukan kata bahasa Ibrani atau Yunani dalam arti “God” sebagaimana yang dimaksud dalam Alkitab.
Kata Allah adalah murni/asli kata bahasa Arab yang dulu digunakan untuk menyatakan seorang dewa Arab.

Hastings’ Encyclopedia of Religion and Ethics menyatakan:
“Allah” adalah kata nama, yang diterapkan hanya untuk menyatakan Dewanya orang Arab secara khusus.44.
   Encyclopedia of Religion and Ethics, ed. James Hastings (Edinburgh: T. &T. Clark, 1908), I:326.

Menurut Encyclopedia of Religion:
“Allah” adalah nama pada zaman pra-Islam yang sama artinya dengan nama “Bel” (dewa bumi) dari Babylonia.55.
   Encyclopedia of Religion, eds. Paul Meagher, Thomas O’Brian, Consuela Aherne (Washington D.C.: Corpus Pub., 1979), I: 117.

Bagi mereka yang mengalami kesulitan untuk percaya bahwa Allah adalah nama dewa pagan-nya orang-orang Arab pagan pada zaman pra-Islam, kutipan dari sumber-sumber otoritatif berikut ini mungkin dapat membantu:

  • “Allah” ditemukan dalam prasasti-prasasti Arab sebelum Islam (Encyclopedia Britannica).66.
       Encyclopedia Britannica, I:643.
  • Orang-orang Arab, sebelum zaman Muhammad, menerima dan menyembah menurut cara-cara tertentu kepada Tuhan Tertinggi yang disebut allah (Encyclopedia of Islam, ed. Houtsma).77.
       Encyclopedia of Islam, eds. Houtsma, Arnold, Basset, Hartman (Leiden: E.J. Brill, 1913), I:302.
  • Allah sudah dikenal oleh orang-orang Arab zaman pra-Islam; dia adalah salah satu dewa orang-orang Mekah (Encyclopedia of Islam, ed. Gibb).88.
       Encyclopedia of Islam (ed. Gibb), I: 406.
  • Ilah… muncul dalam puisi zaman pra-Islam.... Karena seringnya digunakan, al-ilah lalu disingkat allah, seringkali diungkapkan dalam puisi-puisi zaman pra-Islam (Encyclopedia of Islam,es. Lewis).99.
       Encyclopedia of Islam, eds. Lewis, Menage, Pellat, Schacht (Leiden: E.J. Brill, 1971), III: 1093.
  • Nama Allah sudah ada sebelum zaman Muhammad (Encyclopedia of World Mythology and Legend).1010.
       The Facts on File: Encyclopedia of World Mythology and Legend, ed. Anthony Mercatante (New York, The Facts on File, 1983), I: 41.
  • Kata “Allah” ini berasal dari zaman pra-Islam. Allah bukan kata umum yang berarti “Tuhan” (atau dewa), dan orang-orang Muslim harus menggunakan nama/istilah lain atau bentuk lain jika mereka ingin menyatakan tuhan lain yang bukan tuhan mereka (Encyclopedia of Religion and Ethics).1111.
       Encyclopedia of Religion and Ethics (ed. Hastings), I: 326.

Sebagai tambahan dari kesaksian karya referensi standar tersebut di atas, kami kutipkan pernyataan seorang ilmuwan seperti Henry Preserved Smith dari Universitas Harvard yang mengungkapkan:

Allah telah dikenal nama pribadi-Nya oleh orang-orang Arab.1212.
   Henry Preserved Smith, The Bible and Islam: or, The Influence of the Old and New Testament on the Religion of Mohammed (New York: Charles Scribner’s Sons, 1897), p. 102.

Doktor Kenneth Cragg, mantan editor dari jurnal ilmiah yang sangat bergengsi yaitu Muslim World dan juga ilmuwan Islam Barat modern yang sangat terkenal, yang hasil kerjanya biasa dipublikasikan oleh Universitas Oxford, memberi komentar:

Nama Allah juga dapat dibuktikan dengan jelas terdapat dalam peninggalan arkeologi dan kesusasteraan Arab zaman pra-Islam.1313.
   Kenneth Cragg, The Call of the Minaret (New York: Oxford University Press, 1956), p. 31.

Doktor W. Montgomery Watt, profesor kajian Islam dan Arab di Universitas Edinburgh, juga profesor tamu kajian Islam pada College de France, Universitas Georgetown dan Universitas Toronto, telah melakukan karya dari kerja ekstensif mengenai konsep “allah” pada zaman pra-Islam. Dia menyimpulkan:

Dalam beberapa tahun belakangan ini saya makin diyakinkan bahwa untuk memahami karier Muhammad secukupnya dan memahami asal usul Islam perlulah disertakan keberadaan Mekah yang menganut bahwa Allah sebagai “tuhan maha tinggi.” Dalam hal tertentu ini merupakan suatu bentuk penyembahan berhala. Namun berbeda dengan penyembahan berhala seperti yang umumnya dimengerti orang sehingga ketidaksamaan ini perlu diperlakukan secara terpisah.1414.
   William Montgomery Watt, Muhammad’s Mecca, p. vii. See also his article, “Belief in a High God in Pre-Islamic Mecca,” Journal of Semitic Studies, vol. 16, 1971, pp. 35-40.

Setelah mengadakan diskusi mengenai arti Allah pada zaman pra-Islam, Caesar Farah dalam buku: Islam: Beliefs and Observations menyimpulkan bahwa:

Jadi, tidak beralasan sama sekali untuk menerima pandangan yang menyatakan bahwa nama Allah itu adalah terusan Kristen dan Yahudi kepada Muslim.1515.
   Caesar Farah, Islam: Beliefs and Observations (New York: Barrons, 1987), p.28.

Menurut ilmuwan Timur Tengah E.M. Wherry, (yang hasil karyanya berupa terjemahan Alquran yang sampai hari ini masih tetap digunakan), dalam zaman pra-Islam pemujaan terhadap Allah dan pemujaan terhadap baal merupakan upacara keagamaan astral (berhubungan dengan benda-benda langit) dalam arti bahwa mereka melibatkan matahari, bulan, dan bintang-bintang sebagai sesembahan mereka.1616.
   E.M. Wherry, A Comprehensive Commentary on the Quran (Osnabruck: Otto Zeller Verlag, 1973), p. 36.


[Catatan: nama-nama orang seperti Komarudin, Syamsudin dan Najamudin sampai hari ini masih dipakai sebagai nama pribadi bagi orang-orang Muslim. Pada umumnya mereka tidak menyadari arti dari kata-kata tersebut yang berkonotasi dengan keberhalaan:
  • Agama Penyembah Bulan disebut Komarudin
    Komarun = Bulan; Dinun = Agama
  • Agama Penyembah Matahari disebut Syamsudin
    Syamsun = Matahari; Dinun = Agama
  • Agama Penyembah Bintang disebut Najamudin
    Najmun = Bintang; Dinun = Agama]

Agama Astral

Di Arabia dewa matahari dipandang sebagai dewa perempuan dan dewa bulan sebagai dewa laki-laki. Seperti yang telah dinyatakan oleh banyak ilmuwan seperti Alfred Guilluame, dewa bulan dipanggil dengan berbagai nama, salah satunya adalah Allah.1717.
   Guillaume, Islam, p. 7.

Nama Allah digunakan sebagai nama pribadi dari dewa bulan, disamping nama-nama lain yang dikaitkan kepada dewa bulan ini.

Allah, dewa bulan kawin dengan dewa matahari. Mereka berdua mempunyai tiga orang puteri yang disebut “puteri-puteri Allah.” Ketiga puteri tersebut adalah Al-Lata, Al-Uzza, dan Manat.
Puteri-puteri Allah bersama Allah dan dewi matahari dipandang sebagai dewa-dewi tertinggi. Dalam arti bahwa mereka dianggap sebagai dewa sesembahan bangsa Arab yang paling mulia dibanding dewa-dewa lainnya.

Namun, selain kepada Allah, mereka juga menyembah sejumlah besar dewa-dewi yang kedudukannya lebih rendah dan mereka juga menyembah ketiga puteri Allah.1818.
   Encyclopedia of World Mythology and Legend, I: 61.

Simbol Bulan Sabit

Simbol bagi penyembahan dewa bulan dalam budaya Arab dan di tempat-tempat lain di seluruh Timur Tengah yaitu bulan sabit.
[Suatu simbol yang justru ditolak oleh Musa dan nabi-nabi Tuhan sebelumnya, baca Kitab Ulangan 4:19, Yeremia 8:2; 19:13; 2 Raja-raja 21:3, 5; Zefanya 1:15 dan lainlain.]

Para arkeolog telah menggali banyak patung-patung dan prasasti bertuliskan huruf Mesir kuno di mana bulan sabit ditempatkan di atas kepala dewa untuk melambangkan penyembahan terhadap dewa bulan.
Sementara bulan biasa disembah sebagai dewi (dewa perempuan) di Timur Dekat pada zaman kuno, tapi orang-orang Arab sebaliknya memandang bulan sebagai dewa (laki-laki).

Para Dewa Suku Quraisy

Suku Quraisy sebagai lingkungan di mana Muhammad dilahirkan, adalah pengabdi-pengabdi khusus terutama kepada Allah, dewa bulan, dan khususnya ketiga puteri Allah yang dipandang sebagai perantara antara manusia dan Allah.
Penyembahan kepada tiga dewi yaitu Al-Lata, Al-uzza, dan Manat memegang peranan penting pada penyembahan di Kaabah, Mekah.

Puteri Allah yang pertama dan kedua mempunyai nama yang merupakan kata feminine (bentuk gender wanita) dari kata Allah (yaitu kata Lata dan Uzza).
Nama dari ayahnya Muhammad secara literal adalah Abd-Allah. Nama pamannya adalah Obied-Allah.
Nama-nama tersebut jelas menyatakan jati diri bahwa keluarga Muhammad adalah keluarga penyembah berhala yang menyembah Allah, sang dewa bulan.

Sembahyang Menghadap Mekah

Ada satu berhala Allah ditempatkan di Kaabah bersama dengan semua ilah-ilah berhala lain.
Penyembah-penyembah berhala sembahyang menghadap Mekah dan Kaabah karena di sanalah dewa-dewa mereka disemayamkan.

Dalam kenaifan lahiriah, maka beralasan buat mereka untuk menghadap muka ke arah di mana dewa mereka berada, kemudian baru sembahyang.

Karena Allah dewa bulan mereka berada di Mekah, merekapun sembahyang menghadap Mekah.
Penyembahan terhadap dewa bulan berkembang jauh melampaui batas wilayah penyembahan Allah di Arabia. Seluruh daerah di mana bulan sabit menjadi lambangnya terlibat dalam penyembahan kepada bulan.
Hal ini sedikit banyak menjelaskan mengenai keberhasilan Islam di masa-masa awal di antara kelompok-kelompok orang Arab yang secara tradisional memang sudah menyembah dewa bulan.

Penggunaan bulan sabit sebagai lambang Islam yang ditempatkan pada bendera-bendera negara Islam dan di atas kubah-kubah masjid serta menara-menara azan merupakan ciri-ciri leluhur di masa silam ketika Allah disembah sebagai dewa bulan di Mekah.

Banyak di antara orang-orang Kristen masih menganggap bahwa Allah adalah nama lain dari YAHWEH, Tuhan yang dimaksud dalam Alkitab, padahal anggapan ini tentu saja satu kesalahan besar.
Sebaliknya orang-orang Islam berpendidikan sudah lebih tahu bahwa Allah itu memang bukan God atau YAHWEH dari Alkitab.

Seorang Pengemudi Taksi Muslim

Dalam perjalanan ke Washington D.C., saya terlibat pembicaraan dengan seorang pengemudi taksi Muslim dari Iran.
Ketika saya bertanya: “Dari mana Islam mendapatkan lambang bulan sabitnya?”
Dia menjawab bahwa lambang tersebut adalah lambang berhala kuno yang digunakan di seluruh Timur Tengah. Dengan mengadopsi lambang ini orang-orang Muslim terbantu dalam usaha mereka mengislamkan orang-orang di seluruh Timur Tengah.

Ketika saya menunjukkan bahwa kata “Allah” sesungguhnya yang digunakan dalam tata cara penyembahan dewa bulan di Arabia pada zaman pra-Islam, dia setuju bahwa memang demikianlah halnya.

Saya lalu menunjukkan bahwa agama Islam dan Alquran yang disebarkan oleh Muhammad, sesungguhnya merupakan pandangan atau gagasan agama, adat istiadat, dan budaya zaman pra-Islam, dia setuju dengan hal tersebut!
Dia lebih lanjut mengatakan bahwa dia adalah orang Muslim terpelajar, yang saat ini masih mencoba memahami Islam dari sudut pandang keilmuan. Sebagai akibatnya, dia kehilangan imannya kepada Islam.

Kesimpulan

Dalam kajian perbandingan agama, dapat dipahami bahwa setiap agama besar mempunyai keistimewaannya masing-masing dalam mengajarkan konsep-konsep keilahian.
Dengan kata lain, semua agama tidak menyembah Tuhan yang sama. Jadi bukanlah sekedar nama Tuhannya saja yang berbeda, eksistensinya juga berbeda.

Pemikiran asal-asalan yang mengabaikan perbedaan-perbedaan penting yang membedakan agama-agama di dunia ini, merupakan pelecehan terhadap keunikan masing-masing agama di dunia.
Agama lain manakah yang menganut konsep Kristen mengenai ke-Esa-an Tuhan yang beroknum tiga?
Ketika agama Hindu menolak kepribadian Tuhan, agama lain manakah yang setuju dengan agama Hindu?
Jadi jelaslah, semua orang tidak menyembah Tuhan, para dewa, atau para dewi yang sama.

Konsep keilahian yang dicanangkan oleh Alquran berjalan pelan-pelan keluar dari agama pagan dari zaman pra-Islam.
Konsep tersebut adalah khas Arab sehingga tak dapat dihisapkan kepada kepercayaan Kristen atau Yahudi.

Notes.
Chapter 4 – The Cult of the Moon God.
1
H.A.R. Gibb, Mohammedanism: An Historical Survey (New York: Mentor Books, 1955), p. 38.
2
Arthur Jeffery, ed., Islam: Muhammad and His Religion (New York: The Liberal Arts Press, 1958), p. 85.
3
For an interesting discussion of the origins of allah, see J. Blau, “Arabic Lexiographical Miscellanies,” Journal of Sematic Studies, vol. XVII, no.2, 1972, pp.173-190. That allah is an Arabic word is also pointed out in Hastings’ Encyclopedia of Religion and Ethics, I: 326.
4
Encyclopedia of Religion and Ethics, ed. James Hastings (Edinburgh: T. & T. Clark, 1908), I:326.
5
Encyclopedia of Religion, eds. Paul Meagher, Thomas O’Brian, Consuela Aherne (Washington D.C.: Corpus Pub., 1979), I:117.
6
Encyclopedia Britannica, I:643.
7
Encyclopedia of Islam, eds. Houtsma, Arnold, Basset, Hartman (Leiden: E.J. Brill, 1913), I:302.
8
Encyclopedia of Islam (ed. Gibb), I: 406.
9
Encyclopedia of Islam, eds. Lewis, Menage, Pellat, Schacht (Leiden: E.J. Brill, 1971), III: 1093.
10
The Facts on File: Encyclopedia of World Mythology and Legend, ed. Anthony Mercatante (New York, The Facts on File, 1983), I: 41.
11
Encyclopedia of Religion and Ethics (ed. Hastings), I: 326.
12
Henry Preserved Smith, The Bible and Islam: or, The Influence of the Old and New Testament on the Religion of Mohammed (New York: Charles Scribner’s Sons, 1897), p. 102.
13
Kenneth Cragg, The Call of the Minaret (New York: Oxford University Press, 1956), p. 31.
14
William Montgomery Watt, Muhammad’s Mecca, p. vii. See also his article, “Belief in a High God in Pre-Islamic Mecca,” Journal of Semitic Studies, vol. 16, 1971, pp. 35-40.
15
Caesar Farah, Islam: Beliefs and Observations (New York: Barrons, 1987), p. 28.
16
E.M. Wherry, A Comprehensive Commentary on the Quran (Osnabruck: Otto Zeller Verlag, 1973), p. 36.
17
Guillaume, Islam, p. 7.
18
Encyclopedia of World Mythology and Legend, I: 61.

Tidak ada komentar: