ISLAMIC
INVASION
Confronting the World's
Fastest Growing Religion

Pendahuluan

PENDAHULUAN

Islam bukan saja agama paling dominan di Afrika Utara, tapi juga agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen

Eropa Barat.
Sehubungan adanya kebijakan imigrasi bebas, sekarang berjuta-juta umat Muslim berimigrasi ke negara Barat dalam rangka mencari kehidupan yang lebih baik.
Jadi, di negara-negara Kristen Barat, Islam telah menjadi agama terbesar kedua. Contohnya, di Perancis dan Jerman jumlah orang Muslim telah berjuta-juta.

Kerajaan Britania Raya Dan Irlandia Utara.
Di Inggris, keadaannya sungguh mengejutkan. Di sana telah lebih banyak orang Muslim dari pada orang Metodis bahkan jumlah seluruh umat Muslim di Inggris lebih banyak dari pada orang Kristen Injili.

Didanai oleh uang hasil sumber minyak Arab yang limpah ruah, orang Muslim membeli gereja-gereja Anglikan yang terbengkalai dan memodifikasinya sedemikian rupa menjadi masjid-masjid sehingga kaum Muslim di sana mendeklarasikan bahwa Inggris akan menjadi negara Islam pertama di Eropa.

Sehubungan jumlah Muslim yang sudah sedemikian besar, maka Parlemen Inggris memandang perlu menerapkan dalam peraturan perundang-undangan bahwa kaum muslim tidak harus mengikuti peraturan hukum yang berlaku bagi penduduk asli Inggris bilamana mereka memutuskan perkara seperti perceraian; mereka dapat mengikuti hukum Islam sebagai gantinya.

Australia.
Jumlah umat Islam pada tahun 1955 hanya 800 orang, telah berkembang menjadi 200.000 orang menjelang tahun 1990. Ini, oleh gelombang arus masuk emigran yang meningkat dengan cepat.
Dalam karya wisata yang kami laksanakan musim gugur 1989, kami melihat di semua kota besar di Australia terdapat masjid-masjid besar, bahkan di negara bagian Victoria, orang Muslim lebih banyak dari pada orang Kristen Gereja Baptis.

Amerika Utara.
Di Amerika Utara terdapat lebih dari 4 juta orang Muslim.
Beberapa peneliti menyatakan, jumlah orang Muslim di Amerika Utara lebih banyak dari pada orang Yahudi sehingga menempatkan Islam sebagai agama kedua terbesar di Amerika Serikat dan Kanada.

Amerika Serikat.
Lebih dari 500 pusat kajian Islam telah dibangun di Amerika Serikat, 2/3 orang Islam Amerika adalah berasal dari keturunan Arab, sementara yang 1/3-nya terdiri dari berbagai sekte Muslim berkulit hitam. Saat ini secara resmi jumlah Muslim di Amerika Serikat lebih banyak dari pada anggota gereja Episcopal.11.
   For estimates of 3 to 4 million Muslims in the United States, see Victor Khalil and Deborah Khalil, “When Muslims Meet Christians,” in Christian Herald, July/Aug. 1988, p. 45; Kent Hart, “Da’wah and the Koran: Islam in America,” in Eternity, Vol. 39, 1988, no. 3, pp. 5ff.; “Islam in America,” in U.S. News & World Report, Oct. 8, 1990; Mimi Hall, “Arab Americans Speak Out,” in USA Today, Feb. 6, 1991, p. l.

Klaim yang Berlebihan.
Sejumlah orang Muslim menyatakan, di Amerika Serikat terdapat 10-25 juta orang Muslim. Dalam pembicaraan lewat radio dengan seorang wakil pusat informasi Islam pada tanggal 22 Februari 1991, saya memperoleh keterangan jumlah Muslim di dunia lebih dari 2 milyar dan 10 juta di antaranya di Amerika Serikat.
Ketika saya menanyakan dokumen tertulis resmi mengenai jumlah Muslim, dia tidak bisa memperlihatkannya. Ketika saya menyebutkan bahwa semua Ensiklopedia, Almanak, Harian/Majalah seperti Time, Newsweek, dan lain-lain memperkirakan jumlah Muslim di Amerika Serikat hanya sekitar 3-4 juta dan bukan 10 juta seperti yang dia nyatakan, maka dia menyatakan bahwa semua harian, ensiklopedia, Almanak, Majalah-majalah, dan lain-lain itu adalah salah.

Jadi, kami tetap berpegang pada bahan referensi standar tersebut sampai umat Islam dapat menunjukkan dokumen-dokumen lain yang menyatakan sebaliknya.22.
   The program aired on Feb. 22, 1991, on radio station WHP in Harrisburg, PA.

Misalnya, Almanak 1989 menyatakan hanya terdapat 2,6 juta orang Muslim di Amerika Utara dan hanya 860 juta orang Muslim di seluruh dunia.33.
   The 1989 Information Please Almanac (Boston: Houghton Mifflin Company, 1989), p. 400.
Bahkan bila kami menambah 1 juta seperti jumlah yang ada pada tahun 1991, jumlah tersebut masih jauh di bawah jumlah yang dinyatakan orang Muslim.

Seorang pimpinan di Detroit menyatakan dalam suatu program radio, terdapat lebih dari 600 ribu muslim di Kota New York saja.
Pernyataan yang kedengaran aneh ini akan lebih banyak bikin masalah dari pada kebaikan.
Namun, tanpa memandang berapa jumlah orang Muslim yang telah ber-emigrasi ke dunia barat dalam rangka mencari kehidupan lebih baik, seharusnya negara-negara penerima mencoba memahami dan meng-asimilasi pendatang baru tersebut ke negara mereka.

Kebebasan Agama.
Namun, kami juga punya pengalaman yang menunjukkan bahwa banyak orang Muslim yang sangat ofensif terutama bila keyakinan agama mereka mendapat kritikan.
Sulit bagi mereka memahami, yang dimaksud kebebasan beragama di negara Barat adalah bebas menyampaikan kritikan terhadap agama apapun termasuk agama Islam.
Sulit bagi Muslim Arab yang dulu biasa hidup di negara-negara Islam untuk memahami pengertian kebebasan agama di negara Barat. Bagi mereka, orang yang memberi kritikan kepada Muhammad atau Alquran harus dihukum mati.

Hukum Islam menyatakan, Islam tidak boleh dikritik oleh siapapun. Dengan kata lain tidak ada kebebasan agama dalam negara-negara Islam seperti yang dimaksud di negara bebas.

(Sebaliknya, mereka tak merasa rikuh atau bersalah saat mereka mengkritik bahkan mengutuk agama orang lain. Kaum non-muslim termasuk kristiani telah disebut sebagai kafir, musyirik dan sesat, dan sejahat-jahatnya binatang QS 8:55.
Di negara-negara Islam misionaris-misionaris Kristen dilarang berkhotbah kepada Muslim.
Beberapa negara melarang semua kegiatan Kristen seperti di Libia, Afganistan, Arab Saudi dan lain-lainnya.
Seseorang haruslah menjadi Muslim untuk dapat memperoleh kewarganegaraan Arab Saudi; seseorang yang bukan Muslim sulit sekali memperoleh pekerjaan maupun pendidikan apalagi menjadi karyawan pemerintah. Sebaliknya kaum Muslim, dapat dengan cepat mengambil keuntungan penuh atas kebebasan beragama yang dianut dunia Barat.
Inilah yang diperagakan kaum Muslim, yakni dengan mendirikan pusat-pusat kegiatan Muslim di kota-kota besar Eropa dan Amerika.
Perancis yang pada tahun 1974 hanya memiliki sebuah masjid, 20 tahun kemudian sudah mencapai lebih dari 1500 buah).

Tuntutan Untuk Saling Pengertian.
Ketika para sarjana Barat mulai menerapkan standar ilmiah bagi pengujian kebenaran Islam, mereka bukan memaksudkannya sebagai penyerangan terhadap tujuan maupun karakter-karakter Islam.
Pencarian kebenaran bukanlah sesuatu yang menyakitkan hati siapapun. Sesungguhnya hanya lewat suatu diskusi yang jujur dan terbuka yang dapat menghilangkan rasa curiga dan kemasabodohan.

Agama apapun, bagaimanapun kuatnya diyakini atau dipraktekkan tidak perlu merasa takut lalu berupaya menghindari diri dari suatu pencaharian kebenaran serta penyidikan ilmiah.

Perang Teluk.
Ketika pasukan Barat berada di Timur Tengah, diktator-diktator Arab seperti Khadafy dan Saddam Hussein menyerukan jihad atau perang suci (yang menyertakan pembelaan nama dan kebenaran Allah) melawan tentara-tentara tersebut.
Suatu jihad dilakukan semata-mata karena tentara-tentara tersebut sebagian besar beragama Kristen yang dianggap kafir menurut agama Islam. Dengan kata lain diktator-diktator itu memerintahkan orang Muslim membunuh tentara itu lebih karena kekristenannya.
Peristiwa ini sungguh patut disesali, namun benar-benar terjadi.

Toleransi Keagamaan.
Dalam pola pikir modern, perbedaan-perbedaan keagamaan tidak seharusnya menyebabkan pengrusakan-pengrusakan terhadap sendi-sendi kehidupan atau harta benda siapapun.
Masyarakat harus diberi kebebasan untuk menganut suatu agama atau tidak beragama sekalipun, sesuai dengan apa yang dirasakan oleh hati nuraninya masing-masing (termasuk bebas untuk murtad terhadap agama yang dipeluknya).
Hal ini yang perlu dipahami para Muslim mengapa masyarakat Barat kadang tidak merasa sejahtera menyaksikan migrasi Muslim Arab secara besar-besaran ke Eropa atau Amerika Utara.

Suatu Kasus Yang Perlu Menjadi Perhatian.
Pada dua halaman pertama dari Harian USA Today, tertanggal 6 Februari 1991, tercantum hasil yang mengejutkan dari suatu survey mengenai sikap orang Muslim Arab yang tinggal di Amerika Serikat terhadap perang antara pasukan Amerika dan sekutunya melawan Saddam Hussein.
Ketika mereka ditanya, ‘Apakah anda akan mengirim anak laki-laki dan perempuan anda untuk bertempur membela Amerika dalam perang tersebut?’ Ternyata 82% dari Muslim Arab Amerika berkata ‘tidak’ dan hanya 18% mengatakan ‘ya’.

Ketika ditanya apakah mereka setuju dengan cara Presiden bush menangani situasi tersebut. Jawabnya adalah 62% tidak setuju.
Hasil survey, lagi-lagi menunjukkan lebih dari separuh Muslim Arab Amerika mengatakan mereka tidak akan membantu Amerika dalam perang melawan bangsa Arab manapun.

Mengapa Terbentuk Sikap Begini?
Secara umum, survey ini menunjukkan bahwa kaum Muslim Arab Amerika belum berasimilasi “melting pot” dalam budaya Amerika. Survey ini menunjukkan mereka masih lebih berorientasi pada Arab dari pada dengan Amerika.
Keterikatan kaum Muslim Arab Amerika dengan budaya Arab, bangsa Arab, dan politik Arab, walaupun mereka sudah menetap di Amerika selama bertahun-tahun sering kali menimbulkan gangguan bagi ketenangan banyak orang Barat.

Orang-orang Barat berhak menanyakan, ‘Sebenarnya ke manakah orientasi kesetiaan kaum muslim Arab Amerika itu ditujukan?
Apakah kepada bangsa-bangsa Barat yang telah memberi mereka kesempatan memperoleh kehidupan baru yang lebih baik, atau masih tetap setia kepada bangsa-bangsa Arab saja?’

Tujuan Kami Hanyalah untuk Memberi Informasi.
Pertama kami harus menyatakan, tujuan kami menulis buku ini bukan untuk menyinggung perasaan umat Muslim yang soleh. Kami juga tidak ingin menyakiti perasaan mereka atau membuat mereka malu dengan cara apapun.

Kami punya pengalaman pribadi yang menunjukkan banyak juga orang Muslim yang baik hati, suka kerja keras, dan mampu mengatasi berbagai hal yang kelihatan tak mungkin dalam rangka membangun rumah dan tempat kediaman sendiri di negara Barat.
Namun, kami juga ingin menunjukkan, kaum Muslim tidak pernah ragu-ragu untuk mengutuk atau menentang keras doktrin-doktrin penting dari agama-agama lain seperti misalnya kekristenan.

Setelah saya mengunjungi berbagai pusat informasi Islam dan masjid-masjid, saya mengumpulkan banyak sekali literatur Muslim yang secara terbuka menyerang Alkitab dan menolak Tritunggal dan ke-Tuhan-an Yesus, Yesus sebagai Sang Putra, kematian Yesus di kayu salib, kebangkitan dari kematian-Nya, dan pesan pengantaraan Yesus yang duduk di sebelah kanan Bapa Surgawi.44.
   A good example of Muslim anti-Christian literature would be Maurice Bucaille’s book The Bible, The Quran and Science (Indianapolis: American Trust Pub., 1979).
Karena sudah jelas terbukti orang Muslim bebas mengkritik agama lain secara terbuka, mengapa pula mereka sangat keberatan kalau agama Islam dikritik orang lain sekalipun kritik tersebut beralasan dan layak?

Undang-undang mengenai hak-hak warga negara (Bill of Rights) menjamin orang Muslim bebas mengkritik agama lain, dan sebaliknya orang lain juga bebas mengkritik Islam.
Kebebasan beragama selalu merupakan pedang bermata dua.

Beban Untuk Membuktikan.
Beban untuk membuktikan ‘panggilan’ Muhammad sebagai Nabi dan ‘pengilhaman’ Alquran, terletak seluruhnya pada umat Muslim sendiri.
Jadi kita akan terus mencermati argumentasi yang diberikan umat Muslim untuk melihat apakah argumentasinya dapat bertahan lewat penyaringan ilmiah yang teliti.

[ Pihak Muslim sering salah paham seolah Alquran yang karena datangnya belakangan, maka dia-lah Kitab yang otomatis benar (tanpa perlu dibuktikan) dan menjadi pengukur bagi Kitab-kitab sebelumnya. Ini justru terbalik!
Firman Tuhan sendiri adalah Kebenaran yang hadir dari awal mulanya. Begitu ia hadir, ia yang FIRMAN tidak bisa dikosongkan. (Kebenaran tidak pernah mengosongkan atau dikosongkan oleh Firman Tuhan yang selalu ada). Ini berarti bahwa setiap “wahyu” yang datangnya belakangan, harus diuji oleh wahyu yang duluan yang sudah benar, bukan sebaliknya.
Ujiannya dengan bertanya: “Atas otoritas apakah maka wahyu-wahyu dari Nabi belakangan ini bisa diterima sebagai Kebenaran?” Manakah tanda dan mujizat dan nubuatan Allah yang menyertai wahyu-wahyu-Nya? Manakah nubuat para nabi-nabi sebelumnya yang dikhususkan kepada Nabi belakangan ini? Manakah penyaksian suara Allah? Manakah Malaikat/Nabi-nabi lain yang membenarkan kenabiannya?
Itulah beban di bahu para Muslim yang harus membuktikan Kebenaran Quran, jikalau ingin menempatkan wahyu yang datang belakangan itu sebagai Kebenaran! ]

Notes.
Introduction.
1
For estimates of 3 to 4 million Muslims in the United States, see Victor Khalil and Deborah Khalil, “When Muslims Meet Christians,” in Christian Herald, July/Aug. 1988, p. 45; Kent Hart, “Da’wah and the Koran: Islam in America,” in Eternity, Vol. 39, 1988, no. 3, pp. 5ff.; “Islam in America,” in U.S. News & World Report, Oct. 8, 1990 ; Mimi Hall, “Arab Americans Speak Out,” in USA Today, Feb. 6, 1991, p. l.
2
The program aired on Feb. 22, 1991, on radio station WHP in Harrisburg, PA.
3
The 1989 Information Please Almanac (Boston: Houghton Mifflin Company, 1989), p. 400.
4
A good example of Muslim anti-Christian literature would be Maurice Bucaille’s book The Bible, The Quran and Science (Indianapolis: American Trust Pub., 1979).

Tidak ada komentar: