ISLAMIC
INVASION
Confronting the World's
Fastest Growing Religion

bab05

TUHAN AGAMA ISLAM

Bab 5
Allah Islam Dan Tuhan Dalam Alkitab

Islam mengklaim, Allah dalam Islam sama dengan Elohim (Tuhan) seperti yang dinyatakan dalam Alkitab. Secara logis, pemahaman ini mengandung arti positif bahwa konsep Tuhan–Alquran akan sama segala hal dengan konsep Tuhan–Alkitab.
Namun, pemahaman di atas juga mengandung arti negatif, jika ternyata Alkitab dan Alquran berbeda pandangan mengenai Tuhan, risikonya adalah klaim Islam itu tidak benar.

Masalah ini hanya dapat diputuskan lewat studi banding atas dua dokumen yang berkaitan dengan Alquran maupun Alkitab.
Juga tidak bisa diputuskan atas dasar bias-menyimpang atau pemihakan keagamaan, tapi harus dengan cara mempelajari buku-buku teks dari kedua belah pihak secara adil.

Sifat-sifat Tuhan

Samuel Zwemer, ahli masalah Timur dalam buku The Muslim Doctrines of God: An Essay on the Character of Allah According to the Koran, pada tahun 1905 mencatat sebagai berikut:
Ada satu perihal penting yang diabaikan oleh sebagian besar penulis yang telah menulis mengenai agama yang disiarkan oleh Muhammad mengenai Tuhan. Begitu mudah mereka tersesat oleh nama atau oleh etimologi. Hampir semua penulis tersebut menganggap bahwa Tuhan dalam Alquran mempunyai sifat-sifat dan eksistensi yang sama dengan “YAHWEH” yang dinyatakan oleh Alkitab Perjanjian Baru. Apakah pandangan seperti itu benar?11.
   Samuel Zwemer, The Muslim Doctrines of God: An Essay on the Character of Allah According to the Koran (New York: American Tract Society, 1905).

Anggapan sebagian besar masyarakat, Tuhan-Alkitab dan Tuhan-Alquran adalah sama dan satu, hanya namanya saja yang berbeda. Namun, sebagaimana ditanyakan oleh Zwemer, apakah itu betul?
Ketika kita bandingkan sifat-sifat Tuhan-Alkitab dengan sifat-sifat Tuhan-Alquran, muncul dengan jelas, bahwa keduanya bukanlah Tuhan yang sama!

Sejak munculnya agama Islam, para ilmuwan Kristen dan Islam telah berselisih pendapat mengenai siapakah Tuhan yang benar.
Tuhan-Alkitab tidak dapat diubah menjadi Allah sesuai pandangan Islam, demikian juga Allah-Islam tidak dapat diubah menjadi Tuhan-Alkitab.

Latar belakang sejarah mengenai asal usul dan makna kata Arab “Allah” menunjukkan bahwa Allah bukanlah Tuhan yang menjadi sesembahan orang Yahudi dan orang Kristen.
Allah hanyalah berhala dewa bulan bangsa Arab yang dimodifikasi dan ditingkatkan maknanya.

Doktor Samuel Schlorff menyatakan perbedaan mendasar antara Allah-Alquran dan Tuhan-Alkitab sebagai berikut:
Saya percaya bahwa kunci masalahnya adalah pertanyaan mengenai hakikat Tuhan dan bagaimana Tuhan berhubungan dengan ciptaan-Nya; Islam dan Kristen, meskipun punya kesamaan secara formal, sesungguhnya sangat jauh berbeda dalam masalah tersebut.22.
   Samuel Schlorff, “Theological and Apologetical Dimensions of Muslim Evengelism,“ Westminster Theological Journal, vol. 42, no.2 (Spring 1980), p. 338.

Marilah kita kaji beberapa perbedaan historis seperti yang telah dinyatakan antara Tuhan-Alkitab dan Allah-Alquran.
Konflik mengenai hal ini tercatat dalam karya-karya ilmiah selama lebih dari 1000 tahun.33.
   For the Christian view of God, see H. Spencer, Islam and the Gospel of God (Madras: S.P.C.K., 1956) and Agustus Strong, Systematic Theology, p. 186. for the Muslim viewpoint, see Mohammad Zia Ullah, Islamic Concept of God (London: Kegan Paul Inter., 1984).
Konflik semacam ini tercatat dalam buku-buku referensi standar yang membahas mengenai perihal tersebut. Jadi kami hanya akan membahas secara singkat atas masalah yang terkait saja.

Dapat Dikenal vs Tidak Dapat Dikenal

Menurut Alkitab, Tuhan dapat dikenal. Yesus Kristus datang ke dunia agar kita boleh mengenal Tuhan (Yohanes 17:3).
Namun dalam Islam, Allah tidak dapat dikenal. Allah begitu tinggi dan mulia, sehingga tak ada seorangpun yang pernah secara pribadi mengenalnya.
Allah-Alquran berada di tempat yang sangat jauh dan sangat abstrak, sehingga tidak ada seorangpun yang pernah secara pribadi mengenal-Nya.
Sementara menurut Alkitab, manusia dapat datang, berhubungan secara pribadi dengan Tuhan.

Suatu Pribadi vs Bukan Suatu Pribadi

Tuhan-Alkitab dikenal sebagai suatu pribadi yang memiliki kecerdasan, emosi, dan kehendak. Hal ini bertolak belakang dengan Allah-Islam yang tidak dikenal sebagai suatu pribadi, sebab hal ini akan menempatkan Allah pada tingkatan yang rendah yaitu setara dengan manusia biasa.

Roh vs Non-Roh

Bagi umat Muslim, pandangan yang menyatakan bahwa Allah itu suatu pribadi atau suatu roh merupakan hujatan karena pandangan semacam ini sama artinya dengan “membatasi” dan merendahkan Allah maha mulia/tinggi tersebut.
Tetapi konsep bahwa “Tuhan adalah roh” merupakan salah satu landasan dari hakikat Tuhan-Alkitab sebagaimana yang diajarkan Yesus Kristus sendiri dalam Yohanes 4:24.

[ Singkatnya, Islam akan menolak setiap gambaran yang spesifik tentang Allah SWT. Allah bukan pribadi, bukan roh, bukan ‘Bapa,” bukan ini dan bukan itu. Sebab, menurut Islam, apa yang dapat digambarkan tentang Allah adalah BUKAN ALLAH yang ALLAHU AKBAR ]

Mengimani Doktrin Trinitas vs Doktrin Unitas

Tuhan-Alkitab adalah Tuhan trinitas, yaitu Bapa, Putera, dan Roh Kudus.
Trinitas, pengertiannya bukan tiga Tuhan melainkan satu Tuhan yang Esa yang menyatakan diri-Nya dalam ujud tiga oknum. Alquran tegas menolak Trinitas, menolak Bapa, menolak Yesus sebagai Anak (Son of God, dalam artian rohani, bukan fisik-biologis), dan menolak Roh Kudus.
[ Tetapi, Alquran menyatakan “keliru” terhadap pandangan bahwa Yesus sebagai anak biologis dari Bapa, QS 6:101 ]

Terbatas vs Tidak Terbatas

Tuhan-Alkitab dibatasi oleh hakikat-Nya sendiri yang tidak bisa berubah dan berganti. Jadi Tuhan tidak dapat melakukan apa saja yang bertentangan dengan hakikatnya sendiri.
Dalam Titus 1:2, kita diberitahu, “Tuhan tidak dapat berdusta.” Kita juga diberitahu mengenai hal ini dalam Ibrani 6:18.
Dalam 2 Timotius 2:13 dinyatakan, Tuhan tidak dapat melakukan tindakan yang bertentangan dengan hakikat-Nya sebagai Tuhan.

Namun kalau kita menyimak pada apa yang dikatakan Alquran, kita akan mengetahui bahwa Allah tidak dibatasi oleh apapun. Dia bahkan tidak dibatasi oleh hakikat-Nya sendiri. Allah dapat melakukan apa saja, kapanpun Dia mau, di tempat manapun, Dia berada dengan tanpa batas.

[ Allah SWT misalnya bisa menipu dan berwenang untuk menipu. Bahkan Ia menjuluki diri-Nya sebagai sebesar-besarnya penipu daya (lihat QS 3:54). Dan Ia mencontohkan penipuan jumlah musuh dalam mimpinya Muhammad (QS 8:43). Serta membuka pintu bagi sumpah palsu yang bisa dihapus dengan materi (QS 5:89)! Dengan perkataan lain, Allah SWT berwenang dalam segala hal, termasuk berwenang untuk sewenang-wenang! Surat 2:253 dan lain-lain. ]

Terpercaya (konsisten, tidak berubah)
vs
Tidak Terpercaya

Karena menurut Alkitab Tuhan dibatasi oleh hakikat kebenaran-Nya sendiri dan ada hal-hal yang tidak dapat lakukan-Nya, maka Dia sepenuhnya dapat dipercaya dan konsisten secara sempurna.
Namun, kalau kita pelajari tindakan-tindakan Allah dalam Alquran, kita temukan bahwa Allah tidak bisa dipegang dan dipercaya. Ia tidak terikat oleh sifat-sifatNya maupun kata-kataNya.

[ Kata-kata Allah SWT tidak kekal, melainkan bisa digantikan lewat waktu dan keadaan. Itu melahirkan ayat-ayat nasakh (yang menggantikan) terhadap ayat-ayat mansukh (yang digantikan). Surat Wahyu-Nya yang tadinya diturunkan secara kronologis dapat berubah diam-diam (tanpa alasan dan tanpa wahyu) menjadi non-kronologis/acak, yaitu menjadi urutan yang berpolakan panjangnya Surat. ]

Ada Kasih Tuhan vs Kekaburan KasihTuhan

Menurut Alkitab, kasih merupakan sifat Tuhan yang utama seperti yang tertulis dalam Yohanes 3:16. Tuhan punya rasa kasih kepada ciptaan-Nya, terutama manusia.
Namun, kalau kita pelajari dalam Alquran, kita tidak menemukan kasih sebagai sifat utama Allah, melainkan kemahabesaran-Nya.
Allah “tidak punya perasaan” sebagai pencipta terhadap manusia (ciptaan-Nya).

Konsep kasih Tuhan merupakan hal yang asing dalam ajaran Islam.
Allah yang “punya perasaan” terhadap ciptaan-Nya hanya akan menempatkan Allah secara kerdil setara dengan manusia biasa.
Walaupun pernyataan kasih ini benar (dan perlu), namun lagi-lagi umat Muslim menganggap pernyataan tersebut sebagai hujatan terhadap Allah.

[ Walaupun para Muslim sering mengklaim bahwa Allah SWT maha pengasih dan penyayang, namun sifat-sifat ini tidak pernah disubstansikan oleh Allah SWT sendiri. Hubungan pengalaman para muslim dengan realitas kerahiman Allah SWT amat kabur. Mereka tidak pernah mengenal Tuhan Elohim yang berkorban bagi umat-Nya. Allah SWT dianggap telah Maha Rahim oleh para Muslim karena memberikan hujan, embun, sinar, udara dan lain-lain secara gratis, yang oleh para kristiani lebih dianggap sebagai tanggung jawab Tuhan Elohim, bukan Kasih yang berkorban! ]

Aktif Dalam Sejarah vs Pasif Dalam Sejarah

Allah (dalam Alquran) secara pribadi tidak pernah masuk dalam kehidupan sejarah manusia, Dia hanya bertindak selaku agen sejarah.
Dia selalu berhubungan dengan dunia melalui kata-kataNya, nabi-nabi dan malaikat-malaikat-Nya, tetapi Dia tidak secara pribadi turun ke dunia untuk berhubungan dengan manusia per manusia.

Hal ini sungguh berbeda dengan pandangan Alkitab mengenai inkarnasi-ilahi di mana Tuhan sendiri masuk dalam alur sejarah kehidupan manusia dan bertindak langsung menyelamatkan manusia.

Anugerah vs Usaha-Diri

Terakhir, Alkitab banyak berbicara mengenai anugerah Tuhan dalam menyediakan keselamatan gratis bagi manusia melalui Sang Juruselamat yang bertindak selaku perantara antara manusia dan Tuhan (1 Timotius 2:5).
Sementara dalam Alquran tidak terdapat konsep anugerah Allah. Menurut Alquran tidak ada Juruselamat, juga tidak ada perantara. (yang ada hanya usaha sendiri-sendiri untuk mencapai keselamatan).

Kesimpulannya, setelah mempelajari sifat-sifat Tuhan seperti yang dinyatakan Alkitab dan sifat-sifat Allah seperti yang dinyatakan Alquran dapat disimpulkan bahwa Tuhan-Alkitab tidak sama dengan Allah-Alquran.

Tuhan Yang Sama?

Banyak orang masih yakin bahwa Islam dan Kristen menyembah Tuhan yang sama sebab mereka menyembah satu-satunya Tuhan yang Esa. Mereka gagal memahami bahwa monoteisme itu sendiri tidak menjelaskan apapun mengenai identitas Tuhan Yang Esa yang harus disembah.
Dengan kata lain, tidak cukup untuk mengatakan bahwa hanya ada Tuhan Yang Esa, tetapi ternyata itu adalah Tuhan yang salah!

Seseorang dapat berkata bahwa Ra, Isis, atau Osiris adalah satu-satunya Tuhan yang benar, tapi ini tidak berarti bahwa Kristus dan dewa-dewa Mesir adalah satu dan sama.
Orang-orang zaman kuno mungkin telah mengajarkan bahwa Baal atau Molokh adalah satu-satunya Tuhan yang benar. Atau juga, orang Yunani mungkin memperdebatkan apakah Zeus atau Jupiter yang menjadi Tuhan hidup yang benar.

Namun, hanya sekedar memperdebatkan perkara adanya Tuhan yang Esa tidak secara otomatis berarti bahwa Tuhan yang Esa yang anda pilih untuk menjadi sesembahan adalah Tuhan yang benar.

Dalam hal ini Tuhan-Alkitab telah mengungkapkan hakikat Nama dan Diri-Nya sedemikian jelas sehingga tidak mungkin dirancukan dengan hakikat dan nama dewa-dewa berhala disekelilingnya.
Dalam hal allah yang kabur identitasnya, orang selalu mudah menggantikan namanya dengan sedikit pendadanan seperti halnya dewa bulan yang bernama al-Illah telah diubah oleh Muhammad menjadi Allah SWT dalam keimanan monoteis!

Tetapi karena Muhammad mengawalinya dari suatu dewa berhala, jadi tidaklah mengherankan kalau dia mengakhirinya dengan suatu dewa berhala juga. Seperti yang diungkapkan oleh ilmuwan Jerman yang bernama Johannes Hauri:

Monoteisme Muhammad berangkat dari kebersamaan antara monoteisme dengan pandangan politeisme… Pandangan Muhammad tentang Tuhan semata-mata bersifat deistic.44.
   Quoted in Zwemer, Muslim Doctrines, p. 21.

Apakah ‘Allah’ Ada Dalam Alkitab

Dalam suatu pembicaraan dengan seorang Duta Besar dari suatu negara Muslim, saya mengatakan bahwa nama Allah berasal dari kata Arab yang berhubungan dengan penyembahan dewa bulan pada zaman Arab pra-Islam.
Kata tersebut tidak dapat ditemukan dalam Alkitab Perjanjian Lama bahasa Ibrani atau dalam Alkitab Perjanjian Baru bahasa Yunani.

[ Jadi, ciptaan siapakah nama tersebut?
Apa artinya?
Dan bagaimana kisahnya? ]

Duta Besar itu menggunakan dua argumentasi yang diharapkan dapat membuktikan bahwa Alkitab sebenarnya menyebut kata Allah.

Pertama, dia menyatakan bahwa nama Allah ditemukan dalam kata “allelujah” di Alkitab. Bagian pertama kata ini, “Alle” sesungguhnya merupakan kata “Allah,” menurut dia.
Saya menunjukkan padanya, kata Ibrani “Allelujah” bukanlah kata majemuk. Maksudnya, kata “allelujah” bukan gabungan dari dua kata, tapi satu sinkronisasi kata saja yang artinya “terpujilah Yahweh.”55.
   International Standard Bible Encyclopedia (ed. Orr), II:1323.
Juga, nama Tuhan terungkap pada bagian akhir kata tersebut yaitu “jah” yang merujuk pada kata Yahweh. Jadi nama Allah memang tidak dapat ditemukan dalam Alkitab.

Duta Besar itu lalu mengajukan argumentasinya yang kedua: Ketika Yesus di atas kayu salib, Dia berteriak “Eli, Eli,” sesungguhnya yang Dia maksud adalah “Allah, Allah.”
Namun hal ini juga tidak benar. Alkitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani menterjemahkan kata “Eli” tersebut yang merupakan bagian dari Mazmur 22:1 yang memang bukan dari bahasa Arab.
Kata-kata Yesus yang selengkapnya, “Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Jadi jauhlah hubungannya antara kata “Eli, Eli” dengan “Allah, Allah.” Hal tersebut sungguh tidak mungkin terjadi.

Masa Waktu Yang Salah Membuktikan Yang Salah

Sebagai catatan sejarah, tidak mungkin bagi para penulis Alkitab berbicara tentang Allah SWT sebagai Tuhan.
Mengapa begitu?
Ya! Sampai abad ke 7 nama “Allah” merupakan nama dewa kafir. Baru selanjutnya nama dewa “Allah” ini diubah oleh Muhammad menjadi nama dari satu-satunya Tuhan.
Padahal Alkitab sudah selesai ditulis jauh-jauh hari sebelum Muhammad lahir, jadi bagaimana mungkin Alkitab berbicara tentang Allah dari Muhammad.

Dalam kenyataannya, sebutan nama “Allah” pun tidak pernah keluar dari bibir para penulis Alkitab.
Sampai zaman Muhammad, Allah adalah nama salah satu dari dewa-dewa berhala, nama Allah dikenal secara khusus sebagai nama dewa bulan yang menjadi sesembahan orang Arab pada zaman itu.

Para penulis Alkitab tidak akan mungkin keliru membedakan Allah (yang asing baginya) dengan YAHWEH (yang dikenal dekat) seperti mereka tidak akan keliru membedakan Baal dengan YAHWEH.

[ Allah yang disembah oleh umat Islam, bukanlah Elohim yang tertulis di dalam Taurat dan Injil, tetapi yang berasal dari ajaran pra-Islam, dari orang-orang Arab Jahiliyah yang sudah diubah konsepnya atau diubah pengertiannya.
Maka menjadi kekeliruan yang jelas kalau menganggap ALLAH yang disembah oleh orang Muslim itu sama dengan yang disembah oleh orang Nasrani. ]

Alkitab Berbahasa Arab

Dalam suatu program radio di Irvine, California, seorang penelpon Arab menanggapi penelaahan ini dengan bertanya, “Tetapi bukankah Alkitab berbahasa Arab menggunakan nama Allah sebagai Tuhan? Jadi, “Allah” adalah nama dalam Alkitab untuk “Tuhan.”
Jawabannya tergantung pada masa penulisannya. Apakah Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada zamannya Muhammad? Tidak.

Terjemahan Alkitab formal dalam bahasa Arab baru muncul sekitar abad ke 9. Sebelum Abad ke 9, Islam merupakan kekuatan politik yang paling dominan di negeri-negeri Arab dan orang-orang yang menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Arab menghadapi situasi politik yang sulit.
Jika mereka tidak menggunakan nama “Allah” sebagai nama Tuhan, mereka mungkin akan menderita siksaan di tangan masyarakat Islam yang fanatik yang meyakini bahwa Allah-Alquran adalah sama dengan Tuhan-Alkitab.

Karena kata “Allah” pada zaman itu merupakan nama yang dikenal umum untuk nama Tuhan, sebagai akibat dari dominasi Islam, maka penerjemah tunduk pada tekanan agama dan politik dengan menulis kata “Allah” dalam terjemahan Alkitab bahasa Arab.

Tidak Ada Sangkut Paut Secara Logis

Terjemahan Alkitab bahasa Arab baru muncul 900 tahun setelah Alkitab asli selesai ditulis, jadi tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan masalah “Allah” sebagai nama aslinya Tuhan.
Pada akhirnya, satu fakta yang jelas, bahwa terjemahan Alkitab berbahasa Arab yang muncul pada abad ke 9 itu tidak dapat dijadikan dasar argumentasi yang menyimpulkan bahwa para penulis Alkitab yang mengerjakan karya penulisannya berabad-abad sebelumnya dalam bahasa Ibrani dan bahasa Yunani menggunakan istilah bahasa Arab “Allah” untuk menamakan Tuhan (Elohim).
Mempercayai hal tersebut merupakan sesuatu yang tak mungkin.

Kesimpulan

Banyak orang mengasumsikan, Allah adalah nama lain dari Tuhan.
Hal ini akibat ketidaktahuan mereka mengenai perbedaan antara Allah-Alquran dan Tuhan-Alkitab, serta akibat adanya propaganda dari para penyebar agama Islam yang memanfaatkan pandangan bahwa Allah adalah nama lain dari Tuhan dengan maksud membuka kesempatan agar mereka dapat meng-islamkan orang-orang Barat.

Alkitab dan Alquran adalah dua dokumen yang berbeda dalam memberi penjelasan mengenai konsep keilahian.
Kenyataan ini tidak dapat diabaikan hanya semata-mata karena hal tersebut tidak sesuai dengan kepopuleran dari relativisme keagamaan pada masa kini.

Notes.
Chapter 5 – Allah and the God of the Bible.
1
Samuel Zwemer, The Muslim Doctrines of God: An Essay on the Character of Allah According to the Koran (New York: American Tract Society, 1905).
2
Samuel Schlorff, “Theological and Apologetical Dimensions of Muslim Evengelism,“ Westminster Theological Journal, vol. 42, no. 2 (Spring 1980), p. 338.
3
For the Christian view of God, see H. Spencer, Islam and the Gospel of God (Madras: S.P.C.K., 1956) and Agustus Strong, Systematic Theology, p. 186. for the Muslim viewpoint, see Mohammad Zia Ullah, Islamic Concept of God (London: Kegan Paul Inter., 1984).
4
Quoted in Zwemer, Muslim Doctrines, p. 21.
5
International Standard Bible Encyclopedia (ed. Orr), II:1323.

Tidak ada komentar: